Senin, 03 Mei 2010

makalah DHF

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sampai saat ini telah di ketahui beberapa nyamuk sebagai vector dengue, walaupun Ae.aegypti di perkirakan sebagai vector utama penyakit dengue hemorrahagic fever (DHF), pengamatan epidemiologis dan percobaan penularan di laboratorium membuktikan bahwa Ae.Scuttelaris dan Ae.Polinesiensis yang terdapat di kepulauan pasifik selatan dapat menjadi vector demam dengue. Di kepulauan Rotuma di daerah Fiji padawa itu terjadi wabah demam dengue pada tahun 1971 – 1972. Ae.retumae di laporkan satu-satunya vector yang ditemukan. Di pulauponape, kepulauan caroline sebelah timur pada tahun 1974 terjadi letupan wabah dengue; virus dengue tipe 1 telah berhasil diisolasi pada stadium akut dari darah penderita dan ternyata Ae.hakansoni merupakan vektornya. Ae, cooki di duga merupakan vector pada waktu terjadi pada wabah demam dengue di niue.
Di Indonesia, walaupun vector DHF belum di selidiki secara luas. Ae.Aegypti diperkirakan sebagai vector terpenting di daerah perkotaan, sedangkan Ae.albopictus di daerah pedesaan.
Di Indonesia Dengue Hemorrhagic Fever pertama kali di curigai di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virology baru di peroleh pada tahun 1970. Setelah itu berturut-turut di laporkan kasus dari kota di Jawa maupun dari luar Jawa, dan pada tahun 1994 telah menyebar keseluruh propinsi yang ada. Pada saat ini Dengue Hemorrhagic Fever sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak 1975 penyakit ini telah berjangkit di daerah pedesaan. Oleh karena itu sudah seharusnya semua tenaga medis yang bekerja di Indonesia untuk mampu mengenali dan mendiagnosisnya, kemudian dapat melakukan penatalaksanaan, sehingga angka kematian akibat Demam Berdarah Dengue dapat ditekan.
Infeksi virus dengue pada manusia terutama pada anak mengakibatkan suatu spectrum manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit ringan (mild undifferentiated febrile illness), dengue fever, dengue hemorrhagic fever (DHF) dan dengue shock syindrome (DSS); yang terakhir dengan mortalitas tinggi di sebabkan renjatan dan perdarahan hebat . gambaran manifestasi klinis yang bervariasi ini dapat di samakan dengan sebuah gunung es. DHF dan DSS sebagai kasus - kasus yang dirawat di rumah sakit merupakan puncak gunung es yang kelihatan di atas permukaan laut, sedangkan kasus - kasus dengue ringan (demam dengue dan silent dengue infection) merupakan dasar gunung es. Di perkirakan untuk setiap kasus renjatan yang dijumpai di Rumah sakit, telah terjadi 150 – 200 kasus silent dengue infection.
Demam dengue adalah demam virus akut yang di sertai sakit kepala, nyeri otot,
sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam.
Demam berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah demam dengue yang di sertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan.
Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh
dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini di sebut dengue
shock syndrome (DSS).
B.Tujuan
1.Tujuan umum
Setelah mengikuti seminar ini, di harapkan mahasiswa dapat memberikana asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF (dengue hemorrhagic fever)
2.Tujuan khusus
Mahasiswa dapat memahami anatomi fisiologi system hematologi
Mahasiswa dapat men jelaskan Definisi penyakit DHF
Mahasiswa dapatm en jelaskan etiologi DHF
ahasiswa dapatmen jelaskan manifestasi klinis DHF
Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi DHF
Mahasiswa dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang penyakit DHF
Mahasiswa dapat menjelaskan pencegahan penyakit DHF
Mahasiswa dapat Menerapkan penatalaksanaan penyakit DHF
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF



BAB II
PEMBAHASAN
A.Anatomi Fisiologi
Darah merupakan salah satu komponen penting Yang ada di dalam tubuh manusia. Sebab darah berfungsi, mengalirkan zat – zat atau nutrisi yang di butuhkan tubuh, kemudian mengalirkan karbondioksida hasil metabolisme untuk di buang. ada empat fungsi utama darah, yaitu memberikan suplai oksigen keseluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan sisa-sisa metabolisme dan membawa zat antibody.
Komposisi darah
Darah kita mengandung beberapa jenis sel yang yang tersangkut di dalam cairan kuning yang disebut plasma darah. Plasma darah tersusun atas 90% air yang mengandung sari makanan, protein, hormone, dan endapan kotoran selain sel-sel darah.
Ada 3 jenis sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keeping darah (trombosit).Sel darah merah dan sel darah putih di sebut juga korpuskel
1. Sel darah merah
Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat. 45% darah tersusun atas sel darah merah yang di hasilkan di sumsum tulang. Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah merah yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000 biliun, rata-rata umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh, kehilangan bentuk dan ukurannya menyusun menjadi sepertiga ukuran mula-mula.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi. Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang di serap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida.
Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati mentimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian di angkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah yang baru. Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap empat bulan sekali.
2. Sel darah putih
Sel darah putih jauh lebih besar dari pada sel darah merah jumlahnya dalam setiap 13 darah adalah 4000-10.000 sel. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nucleus). Sebagian sel darah putih bisa bergerak di dalam aliran darah, membuatnya dapat melaksanakan tugas sebagai system ketahanan tubuh.
Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang penting. Sel darah putih yang terbanyak adalah neutrofil (+60%). Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir didalam sel segera melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan mencegah bakteri berkembang biak.
Sel darah putih mengandung +5% eosinofil. Fungsinya adalah memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
Basofil yang menyusun 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah di dalam pembuluhnya. 20 s\d 30% kadungan sel darah putih adalah trombosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibody, suatu protein yang membantu tubuh memerangi penyakit.
Monosit bertugas mengepung bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah putih.
Tubuh mengatur banyak sel darah putih yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan. Jika kita kehilangan darah, tubuh akan segera membentuk sel-sel darah untuk menggantinya. Jika kita mengalami infeksi, maka tubuh akan membentuk lebih banyak sel darah putih untuk memeranginya.
Pembekuan darah
Proses yang mencegah kehilangan darah dari badan melalui luka disebut hemostasis dan proses ini terdiri dari tiga stadium yang bekerja bersama-sama, yaitu :
Spasme vaskuler : penyempitan lumen pembuluh darah yang putus untuk mengurangi aliran darah yang hilang.
1.Pembentukan sumbat trombosit : untuk menghentikan kebocoran darah.
2.Pembekuan fibrin disekitar sumbat trombosit dan reaksi fibrin: untuk merekat pembuluh yang putus dan menarik sisi pinggirnya supaya merapat (Watson, 2001)
Fungsi darah
Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat pengangkut (pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh. Peredaran oksigen pada tubuh :
1.Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah
2.Darah yang di pompa dari bilik kanan jantung menuju paru-paru melepaskan CO2 dan mengambil O2 dibawa menuju serambi kiri.
3.O2 dari serambi kiri disalurkan ke bilik kiri
4.Dari bilik kiri O2 dibawa keseluruh tubuh oleh sel darah merah untuk pembakaran (oksidasi)
5.Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari jantung membawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung membawa karbondioksida.
6.Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung membawa karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil oksigen dibawa ke jantung.

Jadi kesimpulannya, fungsi darah adalah:
Mengedarkan sari-sari makanan keseluruh tubuh
Mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
Mengangkut karbondioksida ke paru-paru
engedarkan hormone

B.Definisi
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.
(Wikipedia.com)
Demam berdarah dengue (dengue hamorragic fever, selanjutnya disingkat DHF) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Uji tourniquet akan positif dengan/tanpa ruam disertai beberapa atau semua gejala perdarahan seperti ptekie spontan yang timbul serentak, purpura, ekimosis, epitaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan masa protrombin memanjang, hematokrit meningkat dan gangguan maturasi megakariosit.
(Sjaifoellah, 1996)
Dengue ialah suatu infeksi arbovirus (arthropod-bone virus) akut, ditularkan oleh nyamuk spesies aedes.
(FKUI, 1985)
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
(http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm)
Demam berdarah dengue adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi dengan virus dengue pada manusia. Sedangkan manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue dan demam berdarah dengue.
(www.penyakitmenular.info)
Demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2 atau lebih gejala- gejala berikut : nyeri kepala, , nyeri otot, nyeri persendian, bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan leucopenia. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.
(http://www.infeksi.com/hiv/articles.php?lng=in&pg=53)
Dengue Haemorrhagic fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh viirus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutam pada anak.
(Nursalam)
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue, antara lain faktor host, lingkugan (environment) dan faktor virusnya sendiri. Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor lingkungan (environment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim); Kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Jenis nyamuk sebagai vektor penular penyakit juga ikut berpengaruh.
C. Etiologi
Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, 2, 3 dan 4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang.
Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae.) dari sub genus Stegomyia. Ae. aegypti merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae. albopictus, Ae. polynesiensis, anggota dari Ae. Scutellaris complex, dan Ae. (Finlaya) niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Ae. aegyti semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus Dengue, biasanya mereka merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Ae. aegypti (WHO, 2000)
D. Patofisiologi
Mekanisme sebenarnya mengenai patofisiologi, hemodinamika dan biokimia DHF hingga kini belum diketahui secara pasti. DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue untuk pertama kalinya mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berbeda. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit yang membedakan DHF dari dengue clasik adalah meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, serta terjadinya hipotensi, trombositopeni dan diastesis hemorragik. Pada kasus berat, renjatan terjadi secara akut dan nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Ada dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat dari kebocoran plasma ke daerah vaskular melalui kapiler yang rusak, sehingga mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningkatnya nilai hematokrit. Bukti dugaan ini adalah ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga peritonium, pelura dan perikard yang ternyata melebihi pemberian cairan infus, serta terjadinya bendungan pembuluh darah paru. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari awal demam sampai puncaknya pada masa renjatan. Trombositopeni yang hebat, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi koagulasi merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan. Perdarahan kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler dan trombositopeni, sedangkan perdarahan masif diakibatkan oleh kelainan yang lebih kompleks, yaitu trombositopeni, gangguan faktor pembekuan.
Secara kronologis prosesnya dimulai dari nyamuk aedes yang tidak bervirus menggigit dan mengisap darah seseorang yang telah terkena demam berdarah dengue. Nyamuk yang sudah terinfeksi virus kemudian menggigit orang sehat dan memindahkan virusnya bersama air ludah ke dalam tubuh. Pada saat tersebut, virus memperbanyak diri dan menginfeksi sel-sel darah putih serta kelenjar getah bening untuk kemudian masuk ke sistem sirkulasi darah. Virus ini sebenarnya hanya ada di dalam darah selama 3 hari sejak ditularkan oleh nyamuk. Pada hari-hari itulah terjadi pertempuran antara antibodi dan virus dengue yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. Badan biasanya mengalami gejala demam dengan suhu tinggi antara 39 sampai 40 derajat celcius. Akibat pertempuran tersebut terjadi penurunan kadar trombosit dan bocornya pembuluh darah sehingga membuat plasma darah mengalir ke luar. Penurunan trombosit ini mulai bisa dideteksi pada hari ketiga. Masa kritis penderita demam berdarah berlangsung sesudahnya, yakni pada hari keempat dan kelima.
Pada fase ini, suhu badan turun dan biasanya diikuti oleh sindrom shock dengue karena perubahan yang tiba-tiba. Muka penderita pun menjadi memerah atau facial flush. Biasanya, penderita juga mengalami sakit pada kepala, tubuh bagian belakang, otot, tulang dan perut (antara pusar dan ulu hati). Tidak jarang diikuti dengan muntah yang berlanjut dan suhu dingin dan lembab pada ujung jari serta kaki.
Penanganan yang benar pada fase tersebut sangat ditekankan agar penderita bisa melewati masa kritisnya dengan baik. Caranya dengan banyak memberikan asupan cairan kepada penderita sebagai pengganti plasma darah. Hal ini dikarenakan banyaknya cairan tubuh yang hilang dengan cepat akibat merembesnya plasma darah yang keluar dari pembuluh darah. Saat ini, larutan gula garam atau oralit masih merupakan cairan terbaik karena komposisinya setara dengan plasma darah. Pemberian infus diberikan apabila penderita dalam kondisi muntah terus, tidak bisa makan dan minum, menderita kejang, kesadaran menurun atau derajat kebocoran plasma darahnya tinggi, yang biasa terjadi pada fase kritis. Begitu pula dengan transfusi trambosit yang akan diberikan jika trambosit penderita di bawah 100.000 dengan pendarahan yang cukup banyak. Bila masa kritis itu bisa dilewati dengan baik maka pada hari keenam dan ketujuh kondisi penderita akan berangsur membaik dan kembali normal pada hari ketujuh atau kedelapan.
(www.medicastore.co.id.2006)
E. Manifestasi Klinis
Infeksi oleh virus Dengue menimbulkan variasi gejala mulai sindroma virus nonspesifik sampai perdarahan yang fatal.Gejala Demam Dengue tergantung Pada umur penderita. Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa demam Disertai dengan ruam-ruam pada kulit. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, biasa dimulai dengan demam ringan atau tinggi (>39 derajat C) yang tiba-tiba dan berlangsung selama 2 - 7 hari, disertai dengan sakit kepala hebat, nyeri dibelakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah dan ruam-ruam. Bintik-bintik perdarahan di kulit sering terjadi, kadang-kadang disertai bintik-bintik perdarahan di tenggorokan dan selaput bening mata. Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, perasaan tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan atau nyeri di seluruh perut. Kadang-kadang demam mencapai 40 - 41 derajat C dan terjadi kejang demam pada bayi.
(http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html)
Masa tunas 3-15 hari tetapi rat-rata 5-8 hari. Gejala kinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri dibelakang kepala hebat, suara serak, batuk, epitaksis serta disuria. Penyakit biasanya akan sembuh sendiri dalam 5 hari dengan penurunan suhu secara lisis. Maka penyakit ini juga disebut vyfdaagse koorts (demam 5 hari).
(Ngaasiyah,1997)

Gejala yang timbul
­ Biasanya ditandai dengan 4 gejala klinis utama; demam tinggi 2-7 hari, fenomena perdarahan, pembesaran hati dan kegagalan sirkulasi / syok.
­ Gejala penyerta ; nyeri kepala, nyeri otot, timbul ruam / kemerahan di kulit, nyeri tulang, mual, nyeri ulu hati.
­ Fenomena perdarahan yang sering terjadi adalah timbul bercak-bercak merah di muka dan lengan-tungkai dan langit-langit mulut. Mimisan dan perdarahan gusi juga dapat terjadi. Keadaan yang lebih berat dapat menyebabkan perdarahan organ dalam tubuh.
­ Laboratorium yang mendukung: trombositopenia ( trombosit kurang dari 100.000/ mm3) , hemokonsentrasi ( kadar Ht lebih 20% dari normal).
­ Fase kritis adalah saat suhu turun ,yaitu antara hari ketiga dan kelima. Resiko terjadinya syok meningkat ( keringat banyak, gelisah. Ujung kaki tangan dingin) dan dapat menjadi fatal.
­ Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, perasaan tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan atau nyeri di seluruh perut. Kadang-kadang demam mencapai 40 - 41 derajat C dan terjadi kejang demam pada bayi.
DHF adalah komplikasi serius demam dengue yang dapat mengancam jiwa penderitanya, ditandai oleh:
a.. Demam tinggi yang terjadi tiba-tiba
b.. Tanda-tanda perdarahan
c.. Pembesaran hati
d.. Kadang-kadang disertai syok
Tanda-tanda perdarahan pada DHF dimulai dari tes Torniquet positif dan bintik-bintik perdarahan di kulit (ptechiae). Ptechiae ini bisa terlihat di seluruh anggota gerak, ketiak, wajah, dan gusi. Juga bisa terjadi perdarahan hidung, gusi dan perdarahan dari saluran cerna dan perdarahan dalam urin. Berdasarkan gejalanya DHF diklompokkan menjadi 4 tingkatan :
Derajat 1: demam diikuti gejala tidak khas. Satu-satunya tanda perdarahan adalah tes torniquet positif atau mudah memar.
b)Derajat 2: gejala derajat 1 ditambah dengan perdarahan spontan. Perdarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.
c)Derajat 3: terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah , hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab dan penderita gelisah.
d)Derajat 4: terjadi syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diperiksa.
Fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam. Setelah demam selama 2 - 7 hari, penurunan suhu biasanya disertai dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi darah. Penderita berkeringat, gelisah, kaki dan tangan dingin dan mengalami perubahan tekanan darah dan denyut nadi. Pada kasus yang tidak terlalu berat gejala-gejala ini hampir tak terlihat, menandakan kebocoran plasma yang ringan. Bila kehilangan plasma hebat, akan terjadi syok, syok berat dan kematian bila tidak segera ditangani.
Pada penderita dengan DSS, kondisi penderita akan cepat memburuk. Ditandai dengan nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun hingga kurang dari 20 mmHg atau terjadi hipotensi. Kulit dingin, lembab dan penderita mula-mula terlihat mengantuk kemudian gelisah. Bila keadaan ini tidak segera ditangani penderita akan meninggal dalam Waktu 12-24 jam. Dengan pemberian cairan pengganti, kondisi penderita akan dengan cepat membaik. Pada syok yang berat sekalipun, penderita akan membaik dalam 2-3 hari. Tanda-tanda adanya perbaikan adalah jumlah urine yang cukup dan kembali nya nafsu makan.
(http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html)
Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :
aDemam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 °C- 40 °C
b)Manifestasi pendarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb
c)Hepatomegali (pembesaran hati).
d)Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
e)Trombositopeni, pada hari ke 3-7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000 /mm³.
f)Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.
g)Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual, muntahsakit perut, diare kejang dan sakit kepala.
h)Pendarahan pada hidung dan gusi.
i)Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
F.Pemeriksaan Penunjang
1.Serologi dan reaksi berantai polymerase tersedia untuk memastikan diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara klinis. Isolasi virus dengan dari serum, plasma, leukosit ataupun otopsi.
2.Ditemukannya anti bodi IgG ataupun AgM yang meningkatkan tinggi titernya mencapai empat kali lipat terhadap satu atau lebih antigen dengue dalam spesimen serta berpandangan.
3.Dibuktikan adanya virus dengue dari jaringan otopsi dengan cara immunokimiawi atau dengan cara immuno-flouresens, ataupun di dalam spesimen serum dengan uji ELISA.
4.Dibuktikan dengan keberadaan gambaran genomic sekuen virus dari jaringan otopsi, sediaan serum atau cairan serebro spinal (CSS); dengan uji Polymerase Chain Reaction (PRC).
5.Tes Tourniquet yang positif.
6.Adanya perdarahan dalam bentuk petekiae, ekimosis atau purpura.
7.Perdarahan selaput lendir mukosa, alat cerna gastrointestinal, tempat suntikan atau di tempat lainnya.
8.Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari meningginya nilai hematokrit pada masa kovalen.
Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinik disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut jika dilakukan pemerikasaan serologis ternyata diagnosis tepat. Berdasarkan patokan dari WHO (1975) DBD dibagi menjadi 4 derajat sebagai berikut :
a.Derajat I . Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat menifstasi perdarahan (uji turniket positif)
b.Derajat II. Seperti derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
c.Derajat III. Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi ceapat dan lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah
d.Derajat IV. Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.
G.Penatalaksanaan Medis
Untuk mengetahui terserang atau tidaknya anak-anak terhadap demam berdarah dapat dilakukan langkah-langkah:
a.Periksa apakah ada bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk pada kulit muka, lengan, kaki, dada, atau perut.
b.Jika terdapat bintik merah, regangkan kulit di sekitar bintik itu, bila bintik merah hilang, kemungkinan anak terkena penyakit demam berdarah.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk penderita demam berdarah yaitu:
a.Berikan minum pada penderita sebanyak-banyaknya baik air putih, air teh, air buah-buahan, atau air oralit.
b.Lakukan kompres pada penderita
c.Berikan obat penurun panas
d.Segera periksakan ke dokter, puskesmas, atau rumah sakit
(http://www.deepee.com/openlist/indowli/0367.html)
Pengobatan terhadap penyakit ini terutama ditujukan untuk mengatasi perdarahan, mencegah/mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infuse dan transfusi darah.
Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau pemberian antipiretika, penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter –2 liter dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu). Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam elektrolit (oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit.
Penderita harus segera dirawat bila ditemukan gejala-gejala berikut :
a.Takikardi, denyut jantung meningkat
b.Kulit pucat dan dingin
c.Denyut nadi melemah
d.erjadi perubahan derajat kesadaran, penderita terlihat ngantuk atau tertidur terus menerus
e.Urine sangat sedikit
f.Peningkatan konsentrasi hematokrit secara tiba-tiba
g.Tekanan darah menyempit sampai kurang dari 20 mmHg
h.Hipotensi
Pada tanda-tanda tersebut berarti penderita mengalami dehidrasi yang signifikan (>10% berat badan normal), sehingga diperlukan penggantian cairan segera secara intravena. Cairan pengganti yang diberikan biasanya garam fisiologis, ringer laktat atau ringer asetat, larutan garam fisiologis dan glukosa 5%, plasma dan plasma substitute.
Pemberian cairan pengganti harus diawasi selama 24 - 48 jam, dan dihentikan setelah penderita terehidrasi, biasanya ditandai dengan jumlah urine yang cukup, denyut nadi yang kuat dan perbaikan tekanan darah.. Infus juga harus diberikan kalau kadar hematokrit turun sampai 40%
Bila pemberian cairan intravena diteruskan setelah tanda-tanda ini dicapai, akan terjadi overhidrasi, mengakibatkan jumlah cairan berlebih dalam pembuluh darah, edema paru-paru dan gagal jantung. Oksigen diberikan pada penderita dalam keadaan syok.
Transfusi darah hanya diberikan pada penderita dengan tanda-tanda perdarahan yang signifikan.
Ada tiga hal yang dapat dilakukan terhadap serangan demam berdarah, yaitu:
1.Mencegah terhadap kemungkinan terjangkitnya virus demam berdarah.
2.Memberikan pertolongan secepat mungkin kepada penderita
3.Segera kembalikan stamina penderita agar daya tahan tubuhnya kembali pulih.
H.Perencanaan Pulang dan Perawatan di Rumah
a)Beritahukan pada orang tua instruksi-instruksi pemberian obat
1.Waktu dan rute pemberian
2.Pemantauan adanya efek yang tidak diinginkan.
b)Instruksikan pada orang tua untuk memantau adanya tanda-tanda dan gejala DHF dan melaporkannya dengan segera (misal, renjatan, kesadaran menurun, kesukaran bernapas, penumpukan cairan pada perut, ptekie, ekimosis, darah dalam urin atau feses, dan nyeri yang diarsakan anak).
c)Minta orang tua memantau aktivitas anak
1.Anjurkan aktivitas yang tenang ; anak tidak boleh mengikuti olah raga kontak fisik sampai jumlah trombositnya normal
2.Seimbangkan waktu istirahat dan aktivitas ; tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
3.Jelaskan mengenai proses tumbang anak dan instruksikan untuk memfasilitasi anak sesuai dengan proses tumbang
d)Instruksikan orang tua untuk menghindari kontak anak dengan orang yang sedang infeksi.
e)Instruksikan orang tua untuk menghindari pemakaian obat-obat yang dijual bebas yang dapat mempengaruhi pembekuan darah (misal, aspirin, antihistamin dan obat anti inflamasi non steroid).
I.Pathway (dalam lampiran)
J.Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1.Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:
a)Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.
b)Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
c)Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
d)Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).

3.Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
a)Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
b)Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.
Ingatlah penyakit demam dengue/demam berdarah dengue apabila putra/putri ibu menderita hal-hal seperti berikut :
a.Panas yang timbulnya mendadak, langsung tinggi dan disertai dengan tidak mau bermain.
b.Panas yang disertai flushing.
c.Panas yang disertai tanda-tanda perdarahan (kulit, hidung,gusi).
d.Panas yang berangsur dingin, tapi anak tampak loyo dan pada perabaan dirasakan ujung-ujung tangan/kaki dingin.
Strategi Penanggulangan Demam Berdarah
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat menangkal virus dengue dengan berbagai serotipe. Satu-satunya usaha pencegahan atau pengendalian dengue adalah dengan memerangi nyamuk yang berperan pada penularan virus dengue. Aedes aegypti berkembang biak terutama di tempat-tempat buatan manusia seperti wadah plastik, ban mobil bekas dan tempat lain yang menampung air hujan. Nyamuk ini menggigit pada siang hari, beristirahat di dalam rumah dan meletakkan telurnya pada tempat-tempat air bersih tergenang.
Pencegahan yang efektif seharusnya dilaksanakan secara integral bersama-sama antara masyarakat, pemerintah dan petugas kesehatan. Upaya pemberantasan meliputi : Pencegahan , yang dikenal dengan gerakan 3 M , yaitu;
1.menguras tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate kedalamnya.
2.menutup rapat-rapat tempat penampungan air
3.mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan; seperti kaleng bekas , plastik, dll
­ Pemberantasan vektor /nyamuk ;
­ penyemprotan /Kunjungan ke ruamh-rumah untuk pemantauan jentik dan abatisasi. fogging fokus pada lokasi ditemui kasus.
­ Penyuluhan dan kerja bakti melakukan kegiatan 3M.
Ditempat penampungan air seperti bak mandi diberikan insektisida yang membunuh larva nyamuk seperti abate. Hal ini bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk selama beberapa minggu, tapi pemberiannya harus diulang setiap beberapa waktu tertentu. Ditempat yang sudah terjangkit DHF dilakukan penyemprotan insektisida secara fogging. Untuk perlindungan yang lebih intensif, orang-orang yang tidur siang sebaiknya menggunakan kelambu, memasang kasa nyamuk di pintu dan jendela, menggunakan semprotan nyamuk di dalam rumah dan obat-obat nyamuk yang dioleskan. Terapi dengan TOGA
­ Kapsul Buah Makasar 3 x1 kaps/hari
­ Kapsul Mimba 3 x 1 Kaps/hari
­ Kapsul Sambiloto 3 x 1 Kaps/hari
Fungsi ketiga kapsul diatas adalah untuk menekan perkembangan virus
­ Tapak Liman 3 x 1 Kaps/hari
­ Juice Jambu Biji Merah
Fungsi kedua bahan diatas adalah untuk meningkatkan kesehatan dan juga tromboisit darah.
http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html
Pesan untuk orang tua
­Jika anak anda mengalami demam tinggi lebih dari 2 hari segera periksakan ke dokter, dengan tetap memberikan cairan yang cukup dan obat penurun panas.
­Jika anak anda dinyatakan tersangka demam berdarah yang dipulangkan maka ;
1.control setiap hari ke rumah sakit selam masih demam.
2.berikan obat penurun panas bila diperlukan.
3.berikan minum sedikitnya 4-6 gelas perhari, disamping air putih dapat diberikan the manis, sirup, jus buah, oralit,dll.
4.apabila sewaktu-waktu dijumpai tanda kegawatan ,yaitu ; anak tampak lemas, badan dingin terutama tangan dan kaki, muntah terus menerus, kejang, mimisan, perdarahan lain. Segera anak dibawa kembali ke rumah sakit.
Dr.SuriViana - www.infoibu.com
BAB III
Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan DHF (secara umum)
A.PENGKAJIAN
1.Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama irang tua, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua.
2.Keluhan utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3.Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk plek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III,IV), melena atau hematemesis.
4.Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. pada DHF, anak bisa mnegalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5.Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6.Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik meupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini brelanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak akan dapat mnegalamipenurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7.Kondisi lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar).
8.Pola kebiasaan
a.Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang dan nafsu makan menurun
b.Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diare / konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa trejadi melena.
c.Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing, sidikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjaid hematuria.
d.Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur meupun istirahatnya kurang.
e.Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri lingkungan cenderung kurang terutama untuk memberishkan tempat sarang nyamuk aedes aegeypi.
f.Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
9.Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. bedasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
I.Grade I : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.
II.Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemhah, ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
III.Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun
IV.Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
10.Sistem integumen
a.Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan lembab.
b.kuku sianosis / tidak
c.Kepala dan leher.
d.Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada grade II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II,III,IV).
e.Dada
f.Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +, ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
g.Ekstremitas. akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.
11.Pemeriksaan laboratorium
a.Hb dan PVC meningkat(≥ 20%)
b.Trambositopenia ≤ 100.000/ml (normal 200.000 – 300.000)
c.Leukopenia, mungkin normal atau lekositosis
d.Ig D dengue positif
e.Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia dan hiponatremia
f.Urium dan Ph darah mungkin meningkat
g.Asidosis metabolik : pCO2,35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h.SGOT/SGPT mungkin meningkat
(Nursalam,2005)
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Diagnosis medis : dugaan (suspect) DHF
2.Masalah yang dapat ditemukan pada pasien DHF antara lain :
Resti gangguan keseimbangan cairan dan elektroilit
Nyeri
Ketidakseimbangan suhu tubuh (Hipertemi)
Resiko tinggi injuri
Gangguan pertukaran gas
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang proses penyakit, diet dan perawatan
Potensial untuk terjadinya tranfusi
C.PERENCANAAN
Apabila terdapat tanda-tanda DHF, segere rujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan segera. Sementara untuk mengatasi permasalahannya, perencaan yang diperlukan adalah :
1.Peningkatan suhu tubuh
a.Kajilah saat timbulnya demam
b.Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernafasan setiap 3 jam atau lebih sering lagi
c.Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
d.Berikan penjelasan kepada pasien / keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan menganjurkan kepada pasien / keluarga untuk bersikaJelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan
f.Anjurkan pasien untuk banyak minum, paling tidak ±2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan manfaat bagi pasien
g.Beri kompres dingin pada daerah axilla dan lipatan dada
h.Anjurkan agar pasien tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal
i.Catatlah asupan dan keluaran cairan
j.Berikan terpai cairan IV dan obat-obatan sesuai dengan program dokter
2.Gangguan rasa nyaman nyeri :
a.Kajilah tingkat nyeri yang dialami pasien dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan pasien memutuskan tingkat nyeri yang dialami, tipe nyeri yang dialami dan respon pasien terhadap nyeri
b.Berikan posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang
c.Berikan suasana yang gembira pada pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri (libatkan keluarga) misalnya : membaca buku, mendengar musik dan menonton TV
d.Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman-temannya atau orang dekat
e.Berikan obat-obatan analgetik (kolaborasi dengan dokter)
3.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan):
a.Kajilah keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien
b.Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim serta hidangkan selagi masih hangat
c.Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
d.Jelaskan manfaat makanan / nutrisi bagi pasien terutama saat sakit
e.Catatlah jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari
4.Gangguan keseimbangan cairan dana elektrolit :
a.Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda klinis
b.Monitor jumlah trombosit setiap hari
c.Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pasien
d.Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
5.Kurangnya pengatahuan keluarga tentang proses penyakit, diet dan perawatan:
a.Berikan kesempatan pada pasien / keluarga untuk menanyakan hal-hak yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakitnya
b.Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi pasien dan keluarga
c.Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti
6.Potensial untuk terjadinya reaksi tranfusi
a.Pesan darah / komponen darah sesuai dengan instruksi medis
b.Cek ulang formulir permintaan darah sebelum dikirim
c.Sebelum pemberian tranfusi yakinkan bahwa pada daerah tusukan infus tidak tampak tanda-tanda plebitis dan lairan infus lancar
d.Gunakan blood set untuk pemberian tranfusi
e.Berikan cairan normal saline (NaCl) sebelum pemberian tranfusi
f.Jangan tunda pemberian tranfusi lebih dari 30 menit setelah darah diterima dari bank darah
g.Cek ulang / yakinkan bahwa darah ayng akan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien (perhatikan jenis darah, golongan darah, jumlah darah dan masa kedaluarsa). perhatikan dan cocokan kode yang tertulis pada kantung darah dengan label darah yang ada
h.Minta perawat lain untuk bersama-sama mengecek seorang diri
i.Jelaskan tentang tanda-tanda atau reaksi yang mungkin terjadi selama pemberian tranfusi
j.Anjurkan pasien / keluarga melaporkan jika ada tanda-tanda atau reaksi tranfusi.
(Nursalam,2005)
BAB IV
Asuhan Keperawatan
pada pasien DHF (dengan kasus)
Kasus:
seorang ibu membawa anaknya ke Rumah Sakit.3 hari yang lalu anaknya mengeluh pusing dan suhu badannya tinggi, anaknya tidak nafsu makan dan mual.1 hari kemudian timbul bercak-bercak merah pada kulit anaknya.Sebelumnya klien belum pernah dirawat karena penyakit apapun.Kondisi lingkungan ruamh cukup bersih walaupun tinggal dekat kali kecil, menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga yang menderita DHF tapi sekarang sudah sembuh. Hasil pemeriksaan dikatakan bahwa suhu tubuh 380C, frekuensi nafas 25X/menit, tidak ada bunyi nafas tambahan, nadi 9X/menit, akral dingin, makan tidak lebih dari 3 sendok, Dari hasil pemeriksaan tourniquet positif, ditemukan bercak merah pada kulit.
Data fokus etiologi masalah
Ds
DoTidak nafsu makan
Nousis
Makan tidak lebih dari 3 sendok Nutrisi kurang dari kebutuhan Intake nutrisi tidak adekuat
Ds
Do•Bercak merah di kulit
•Hasil dari pemeriksaan uji tourniquet (positif) ditemukan bercak-bercak merah pada kulitBercak merah pada kulit Gangguan citra tubuh
Ds
DoBadannya panas dan pusing
•Akral dingin
•Trombosit 89.000
•Hemoglobin 10,7Proses infeksi Peningkatan suhu tubuh
Diagnosis
-Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat
-Gangguan citra tubuh berhubungan dengan bintik-bintik merah pada kulit
-Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya proses infeksi
NoDiagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional
1Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan asam lambung
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pada anak terpenuhi, dengan criteria hasil:
1.Nafsu makan tinggi
2.Berat badan stabil
3.Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Mandiri
•Catat intake nutrisi seperti makanan dan minuman, dengan membatasi makanan tinggi serat seperti pepaya, jeruk, dan susu tinggi laktosa
•Ukur berat badan anak setiap hari sebelum mandi atau sebelum pemberian makan
•Ajarkan orang tua untuk membatasi aktivitas motorik kasar anak dan istirahat yang cukup selama fase sakit akut
Kolaborasi
•Beri tahu anak untuk mengurangi masukan makanan dan minuman
•Berikan tambahan diet makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi) dan susu rendah laktosa
•Berikan vitamin b12
•Berikan obat asam folat
•Mencegah serangan akut atau eksaserbasi gejala penyakit
•Memberikan informasi tentang kebutuhan diet atau keefektifan terapi yang diberikan
•Menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi
•Istirahat usus menurunkan peristaltic dan diare dimana menyebabkan malabsorbsi atau kehilangan nitrient
•Memungkinkan saluran usus untuk mematikan pencernaan untuk integritas jaringan
•Malabsorbsi vitamin B12 akibat kehilangan nyata fungsi ileum
•Kekurangan folat umum pada adanya penyakit kronis sehubungan dengan penurunan absorbsi efek terapi obat
2Gangguan citra tubuh berhubungan dengan bintik-bintik merah pada kulit
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapakan klien dapat meningkatkan harga diri dengan criteria hasil:
1.Menyatakan gambaran diri lebih nyata
2.Mengakui diri sebagai individu
3.Menerima tanggungjawab untuk tindakan diri sendiri
4.Menunjukan beberapa penerimaan diri dari pada pendangan idelaisme Mandiri
•Buat hubungan terapeutik perawat dan klien
•Tingkatkan konsep diri tanpa penilaian moral
•Biarkan klien menggambarkan diri sendiri
•Beri respon terhadap kenyataan bila klien membuat pernyataan tidak realistis
•Bantu klien untuk membuat tujuan untuk diri sendiri dan membuat rencana yang dapat diatur untuk mencapai tujuan itu
•Catat penolakan klien dari ketidaknyaman dalam hubungan social
Kolaborasi
•Libatkan dalam terapi kelompok
•Rujuk ke terapi okupasi atau rekreasi
•Dalam hubungan membantu, klien dapat mulai untuk memepercayai dan mencoba pemikiran dan perilaku baru
•Klien melihat diri sebagai lemah harapan meskipun bagian pribadi merasa kuat dan dapat mengontrol
•Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi klien tentang diri atau gambaran diri dan kenyataan situasi individu
•Klien menuangkan aspek situasi psikologis sendiri dan sering menyatakan rasa ketidak adekuatan
•Klien perlu untuk mengenal kemampuan mengontrol area lain dalam hidup dan perlu untuk belajar keterampilan memecahkan masalah untuk meningkatkan control ini.
•Menunjukan perasaan isolasi dan takut penolakan dan penilaian orang lain. Penghindaran situai social dan kontak dengan orang lain dapat membuat perasaan tidak berharga
•Memberikan kesempatan untuk bicara tentang perasaan dan mencoba perilaku baru.
•Mengembangkan minat dan ketrampilan untuk mengisi waktu. Keterlibatan dalam aktivitas rekreasi mendorong interaksi social dengan orang lain dan meningkatkan kesenangan dan relaksasi
3•Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya proses infeksi
.Akral tidak lagi dingin
•Trombosit meningkat 200.000 s/d 300.00
-Hemoglobin menurun7,35 s/d 7,45 TTV khususnya suhu dalam batas normal ( 365 – 375 )
Membran mukosa basah.

1.Observasi TTV setiap 1 jam
2.Rasional : Menentukan intervensi lanjutan bila terjadi perubahan
3.Berikan kompres air biasa / kran
4.Rasional : Kompres akan memberikan pengeluaran panas secara induksi.
5.Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 – 2000 ml
6.Rasional : Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan memacu pengeluaran urine guna pembuangan panas lewt urine.
7.Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyengat keringat.
8.Rasional : Memberikan rasa nyaman dan memperbesar penguapan panas
9.Observasi intake dan out put
10.Rasional : Deteksi terjadinya kekurangan volume cairan tubuh.
11.Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
12.Rasional :Antipireik berguna bagi penurunan panas

Minggu, 02 Mei 2010

apa itu cinta??????

kapan cinta datang????
kapan cinta pergi?????
ketika cnta datang hanya untuk menyakiti buat apa kau datang??
cinta yang dipisahkan jarak ternyata tidak pernah menyenangkan,
komunikasi sangat penting merupakan penyambung utama hubungan.
ketika cinta sudah jarang komunikasi rasa simpati n perasaan itu seolah-olah memudar dengan sendirinya..



cinta demi cinta yg dijalani... seolah-olah membuat kita semakin dewasa...
dan aku yakin akan membawa seseorang menuju cinta sejati yang mendapingi sampai akhir hayat..
keputusan untuk mengakhiri sebuah hubungan
ketika hubungan terasa tidak menyenangkan lagi
tidak ada kecocokan lagi
akan membuat kita merasa lega....
hari-hari kita semakin menyenangkan
dan semakin semangat menanti dan mencari cinta-cinta yang akan menghampiri kita
akan membawa kecinta sejati

jangan patah semangat berjuang terus, tuk mencapai cinta sejati..

Sabtu, 01 Mei 2010

MAKALAH GAGAL GINJAL KRONIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK



BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ tubuh paling penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin/air seni, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh.
Gagal ginjal adalah keadaan penuruna fungsi ginjal, penimbunan racun dan sampah metabolisme. Berat ringannya gejala tergantung kerusakan ginjal yang terjadi.
Gagal ginjal akan menimbulkan gejala yang disebut sindrom uremi, berupa : mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit kepala, lemah, sering amsuk angin, sesak nafas, kembung, diare, pada keadaan berat sering terdapat penurunan kesadaran disertai kejang-kejang.
Penatalaksanaan gagal ginjal dengan :
Konservatif : diet, obat-obatan dan kontrol teratur.
Terapi ginjal pengganti (TGP) : dilakukan bila cara konservatif tidak berhasil yaitu dengan cangkok ginjal.
Gagal ginjal adalah ketidakmampuan ginjal untuk mengeluarkan pembuangan, membersihkan urine dan emnghemat elektrolit. Ini bisa terjadi dengan tiba-tiba dalam merespon perfusi yang tidak adekuat. Azotemia dan uremia adalah faktor yang sering dihubungkan dengan gagal ginjal. Azotemia adalah pengumpulan pembuangan nitrogen dalam darah. Uremia adalah kondisi yang lebih lanjut yang menyimpan nitrogen yang menghasilkan racun. Azotemia tidak mengancam hidup, sedangkan uremia adalah kondisi yang serius yang sering melibatkan sistem tubuh yang lain. Gagal ginjal dibagi 2 : gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik.
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50 mL/menit.
(Suhardjono, dkk, 2001)
II. Batasan dan Perumusan Masalah
Pada penyusunan makalah ini penulis hanya melakukan Asuhan Keperawatan pada anak dengan kasus Gagal Ginjal Kronik.

III. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat menerapkan Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik dengan benar.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami Anatomi Fisiologi Ginjal dengan benar.
2. Mahasiswa dapat memahami Definisi Gagal Ginjal dengan benar.
3. Mahasiswa dapat memahami Etiologi Gagal Ginjal dengan benar.
4. Mahasiswa dapat memahami Manifestasi klinis Gagal Ginjal dengan benar.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan Patofisiologi Gagal Ginjal dengan benar.
6. Mahasiswa dapat menjelaskan Pathway Gagal Ginjal dengan benar.
7. Mahasiswa dapat menjelaskan Pemeriksaan diagnostik Gagal Ginjal dengan benar.
8. Mahasiswa dapat menerapkan Penatalaksanaan Gagal Ginjal dengan benar.
9. Mahasiswa dapat memberikan Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal dengan benar.

IV. Manfaat
Makalah gagal ginjal kronik akan memberikan pengetahuan dan wawasan kepada mahasiswa keperawatan sehingga dalam penerapannya dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak gagal ginjal kronik dengan benar.
V. Sistematika
Sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Pembatasan dan Perumusan masalah
3. Tujuan
4. Manfaat
5. Sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan Pustaka / Teori
1. Anatomi dan fisiologi
2. Definisi penyakit
3. Etiologi
4. Manifestasi klinis
5. Patofisiologi
6. Pathway
7. Pemeriksaan diagnostik
8. Penatalaksanaan
9. ASKEP
BAB III : Penutup
Kesimpula

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI FISIOLOGI
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen terutama didaerah lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritoneum atau diluar rongga peroitoneum. Ketinggian ginjal dapat dieprkirakan dari belakang mulai dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak hati yang menduduki ruang lebih banyak disebelah kanan.
(Nursalam,1006)
Ginjal merupakan organ ganda yang terletak didaerah abdomen, retroperitoneal antara vertebra lumbal 1 dan 4. Seluruh traktus urinarius ialah ginjal, ureter dan kandung kemih semua terletak didaerah retroperitoneal.
Ginjal terdiri dari korteks dan medula. Tiap ginjal terdiri dari 8-12 lobus yang berbentuk piramid. Dasar piramid terletak di korteks dan puncaknya yang disebut papila bermuara di kaliks minor. Pada daerah korteks terdapat glomerulus, tubulus kontortus proksimal dan distal. Daerah medula penuh dengan percabangan koligens. Satuan terkecil ginjal disebut nefron. Tiap ginjal mempunyai kira-kira 1 juta nefron. Nefron terdiri atas glomerulus, kapsula Bowman, tubulus kontortus proksimal, ansa Henle dan tubulus kontortus distal. Ujung nefron ialah tubulus kontortus distal bermuara di duktus koligens.
Nefron kortikal terletak didaerah korteks sedangkan nefron yang terletak diperbatasan dengan medula disebut nefron juksta medular. Nefron juksta medular mempunyai ansa Henle yang lebih panjang yang berguna terutama pada ekskresi air dan garam. Sebagian dari tubulus distal akan bersinggungan dengan arteriol aferen dan eferen pada tempat masuknya kapsula Bowman. Ditempat ini sel tubulus distal menjadi rapat, intinya lebih tegas disebut makula densa. Dinding arteriol aferen yang bersinggungan mengalami perubahan dan mengandung granula yang disebut renin. Daerah ini merupakan segitiga dengan batas-batas pembuluh eferen, aferen dan makula densa, disebut aparat juksta-glomerular.
(Ngastiyah,1997)
Fungsi ginjal
1. Sebagai tempat mengatur air
2. Sebagai tempat mengatur konsentrasi garam dalam darah.
3. Sebagai tempat mengatur keseimbangan asam-basa darah
4. Sebagai tempat ekskresi dan kelebihan garam.

Sekresi urine dan mekanisme kerja ginjal
Glomerulus berfungsi sebagai saringan. Setiap menit, kira-kira satu liter darah yang mengandung 500cc plasma mengalir melalui semua glomerulus dan sekitar 100cc (10%) disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam, glukosa dan benda lainnya disaring. Namun, sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembus pori saringan dan tetap tinggi dalam darah. Cairan yang disaring, yaitu filtrat glomerulus, kemudian mengalir melalui tubulus renalis dan sel-selnya menyerap semua bahan yang diperlukan tubuh serta membuang yang tidak diperlukan.
Dalam keadaan normal, semua glukosa dan sebagian besar air diabsorbsi kembali, sedangkan produk buangan dikeluarkan. Faktor yang mempengaruhi sekresi adalah filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus dan sekresi tubulus.

Jumlah yang disaring dan dikeluarkan gloemrulus setiap hari
No Bahan Disaring Dikeluarkan
Air
Garam
Glukosa
Urea 150 liter
1.700 gram
170 gram
50 gram 11/2 liter
15 gram
0 gram
30 gram
(Nursalam,2006)

Ginjal adalah organ kecil tetapi penting karena mempunyai fungsi yang kompleks dan bekerja secara otomatis. Namun biarpu kecil, ginjal berfungsi menghilangkan air, sisa-sisa kotor, atau sampah dan racun hasil metabolisme yang berlebihan didalam tubuh, membantu mengatur tekanan darah, mengatur keseimbangan kimia dalam tubuh, memelihara tulang agar tetap kuat, memberi perintah kepada tubuh untuk membuat sel darah merah dan menolong anak-anak tumbuh dengan normal. Karena fungsinya yang demikian kompleks dan penting, salah satu saja fungsinya tidak dapat dilakukan, ginjal bisa dianggap gagal dan mempunyai akibat yang menyengsarakan dan berlarut-larut.
(www.yastroki.or.id)

B. DEFINISI PENYAKIT
Gagal ginjal kronik adalah akibat kerusakan permanen nefron oleh semua penyakit ginjal berat.
(John Gibson, 2003)
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persistren dan irreversibel.
(Mansjoer, 2000)
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal).
(Nursalam, 2006)
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50 mL/menit.
(Suhardjono, dkk, 2001)
Insufisiensi ginjal kronik atau kegagalan dimulai ketika ginjal tidak bisa memelihara kimia normal cairan tubuh dibawah kondisi normal. Kemunduran secara progresif lebih dari periode bulan atau tahun menimbulkan keanekaragaman klinis dan gangguan biokimia yang akhirnya mencapai puncak dari sindrom klinis disebut uremia.
(Whaley & Wong, 2002)
Gagal ginjal kronis aatu penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain lain dalam darah).
(Brunner & Suddarth, 2000)
C. ETIOLOGI
Penyebab gagal ginjal kronik :
o Glomerulonefritis kronik
o Diabetes melitus
o Hipertensi
o Batu ginjal
o Obat-obatan
(www.rsi.co.id)
Keanekaragaman penyakit bisa menghasilkan gagal ginjal kronis. Penyebab yang paling sering adalah penyakit ginjal bawaan dan sistem perkemihan yang cacat, refluks vesicoureteral yang dihubungkan dengan infeksi sistem perkemihan yang kambuh, pielonefritis kronik, penyakit keturunan, glomerulonefritis kronik dan glomerulopathi dihubungkan dengan penyakit sistemik seperti anaphylactoid purpura dan lupus eritematosus. Penyakit pembuluh ginjal seperti sindrom hemotitik-uremi, pembuluh trombosis dan kortikel nekrosis adalah penyebab yang paling sering.
(Wong & Whaley’s, 2000)

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari gagal ginjal kronik :
1. Gastrointestinal: ulserasi saluran pencernaan dan perdarahan.
2. Kardiovaskuler: hipertensi, perubahan elektro kardiografi (EKG), perikarditis, efusi pericardium dan tamponade pericardium.
3. Respirasi: edema paru, efusi pleura, dan pleuritis.
4. Neuromuskular: lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan muskular, neuropati perifer, bingung dan koma.
5. Metabolik / endokrin: inti glukosa, hiperlipidemia, gangguan hormon seks menyebabkan penurunan libido, impoten dan amenor.
6. Cairan-elektrolit: terjadi ketidakseimbangan antara lain :
o Ketidakseimbangan cairan
 Kelebihan cairan: edema, oligori, hipertensi, gagal jantung kongestif.
 Penipisan volume vaskuler: poliuri, penurunan asupan cairan, dehidrasi.
o Ketidakseimbangan elektrolit
 Hiperkalemia: gangguan irama jantung, disfungsi miokardial.
 Hipernatremia: haus, stupor, takikardi, membran kering, peningkatan reflrk tendon profuda, penurunan tingkat kesadaran.
 Hipokalemia dan hiperfosfatemia: iritabilitas, depresi, kram otot, parastesia, psikosis, tetani.
 Hipokalemia: penurunan reflek tendon profunda, hipotonia, perubahan EKG
7. Dermatologi: pucat, hiperpigmentasi, pluritis, eksimosis dan uremia frost.
8. Abnormal skeletal: osteodistrofi ginjal menyebabkan osteomalasia.
9. Hematologi: anemia, defek kualitas platelet dan perdarahan meningkat.
10. Fungsi psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan proses kognitif.
(Nursalam, 2006)

E. PATOFISIOLOGI
Fungsi renal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah, sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan mempengaruhi seluruh system tubuh. Semakin banyak timbunan produksi sampah maka gejala semakin berat.
Gangguan clearanse renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi. Penurunan laju filtrasi glomerulus dideteksi dengan memeriksa clearanse kreatinin urine tampung 24 jam yang menunjukkan penurunan clearance kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum.
Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angitensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garam mengakibatkan resiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan diare menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk.
Asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu mensekresi ammonia (NH3-) dan mengabsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-). Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain terjadi.
Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran penceranaan. Eritropoitein yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah, dan produksi eritropoitein menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disrtai keletihan angina, dan sesak nafas.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolisme. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkatr, maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, maka meningkatkan kadar fosfat serum dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dan kelenjar paratiroid. Tetapi, gagal ginjal tubuh tidak merespon normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. Demikian juga, vitamin D (1,25 dihidrokolekalsiferol) yang dibentuk diginjal menurun seirng perkembangan gagal ginjal.
(Nursalam, 2006)
KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantung
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang
(Brunner & Suddarth, 2002)

F. PATHWAY
Terlampir.

G. EVALUASI DIAGNOSTIK
Evaluasi diagnostik
1. Hitung darah lengkap (HDL) untuk mengetahui anemia.
2. Penurunan serum protein/albumin < 60 Eq/menit.
3. Gangguan gas darah arteri menyebabkan penurunan pH < 5,3, CO2, dan HCO3 (bikarbonat).
(Nursalam, 2006)
Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik :
o Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk menetapkan adanya GGk, menentukan ada tidaknya kegawatan, menentukan derajat GGK, dan membantu menetapkan etiologi.
o Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit.
o Ultrasonigrafi (USG)
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mmencari adanya faktor yang reversibel seperti obstruksi oleh karena batu atau massa tumor.
o Foto polos abdomen
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal.
(Suhardjono, dkk, 2001)







H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaannya adalah :
1. Memperlambat progresi gagal ginjal.
o Pengobatan hipertensi.
o Pembatasan asupan protein untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus.
o Restriksi fosfor, untuk mencegah hiperparatiroidisme sekunder.
o Mengurangi proteinuria.
o Mengendalikan hiperlipidemia.
2. Mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut
3. Pengelolaan uremia dan komplikasinya
(Suhardjono, dkk, 2001)
Pengobatan pada gagal ginjal kronis terutama untuk menghambat laju kegagalannya agar tidak sampai terjadi gagal ginjal terminal atau ginjal tidak berfungsi lagi. Disini pengobatan harus dibantu oleh disiplin ketat penderita. Bila ingin berolahraga, pencapaian target tidak ditentukan. Jenis olahraga yang boleh dilakukan hanya yang ringan seperti berjalan kaki dan berenang secukupnya.
Selain itu tekanan darah harus dinormlakan, gula darah dikendalikan, serta antibiotika diberikan secara tetap bila terjadi infeksi. Infeksi seringkali terjadi gara-gara tumbuh batu, khususnya pada saluran kemih. Hati-hati bila salah satu ginjal mengalami infeksi, harus segera diatasi sebab mudah menular pada yang masih sehat.
Proses hemodialisa baru dilakukan bila ginjal hampir tidak berfungsi lagi (kadar kreatinin kurang dari 5 ml/menit, kedua ginjal sudah mengecil, serta fungsinya dibawah 5%). Ada dua macam cara cuci darah yakni hemodialisis yang harus dilakukan dirumah sakit secara teratur (2-3 kali/minggu) atau CAPD (dialiasis peritoneal kronik) yang dapat dilakukan sendiri dirumah. Namun, yangkedua ini jarang dilakukan karena sering menimbulkan komplikasi.
Yang utama perlu diupayakan penderita gagal ginjal kronik adalah diet ketat rendah protein dengan kalori cukup. Pemilihan makanan secara ketat untuk mencegah terjadinya atau berlanjutnya komplikasi gagal ginjal. Tapi cukup energi untuk kegiatan sehari-hari serta bobot badan normal perlu diperhatikan.
(www.indomedia.com)
Beberapa jenis terapi pengganti ginjal, yaitu :
1. Hemodialisis (HD = cuci darah)
Pada hemodialisis darah dipompa keluar dari tubuh lalu masuk kedalam mesin dialiser (yang berfungsi sebagai ginjal buatan) untuk dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis. Setelah dibersihkan, darah dialirkan kembali kedalam tubuh.
2. Dialisis Peritoneal (cuci darah lewat perut)
Disini proses “cuci darah” dilakukan didalam tubuh melalui selaput/membran peritoneum (selaput rongga perut)
Dialisis peritoneal diawali dengan memasukkan cairan dialisis kedalam rongga perut melalui selang kateter yang telah ditanam dalam rongga perut. Tekhnik ini memanfaatkan selaput rongga perut untuk menyaring dan membersihkan darah. Ketika cairan dialisis berada dalam rongga perut, zat-zat racun didalam darah akan dibersihkan, juga kelebihan air akan ditarik.
Proses dialisis peritoneal ini tidak menimbulkan rasa sakit dan hanya membutuhkan waktu yang singkat, terdiri dari 3 langkah : memasukkan dialisat (cairan dialisis) berlangsung selama 10 menit; waktu tinggal yaitu dimana sesudah cairan dimasukkan, cairan dibiarkan dalam rongga perut untuk selama periode tertentu (5-6 jam); mengelurkan cairan yang berlngsung selama 20 menit.
3. Transplantasi ginjal (pencangkokan)
Penurunan semua fungsi ginjal akan diikuti penimbunan sisa metabolisme protein, gangguan asam basa dan elektrolit.
(www.suara merdeka.com)

I. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
o Aktivitas/Istirahat
Gejalanya adalah kelelahan, malaise, gangguan tidur ditandai dengan kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
o Sirkulasi
Gejalanya adalah riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada, ditandai dengan hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan perdarahan.
o Integritas Ego
Gejalanya adalah faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan ditandai dengan menolak, ansietas, takut, mudah tersinggung, perubahan kepribadian.
o Eliminasi
Gejalanya adalah penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare atau konstipasi ditandai dengan perubahan warna urine contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.
o Makanan/cairan
Gejalanya adalah oedema, malnutrisi, anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah ditandai dengan distensi abdomen/asites, pembesaran hati, perubahan turgor kulit, ulserasi gusi, penurunan otot, penurunan lemak subkutan, peampilan tak bertenaga.
o Neurosensori
Gejalanya adalah sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, kesemutan ditandai dengan gangguan status mental, kejang, fasikulasi otot, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
o Pernafasan
Gejalanya adalah nafas pendek, dispnea noktural paroksimal, batuk dengan atau tanpa sputum ditandai dengan takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi pernafasan kusmaul, batuk produktif edngan produksi sputum merah muda.
o Nyeri/kenyamanan
Gejalanya adalah nyeri panggul, sakit kepala, kram/nyeri kaki ditandai distraksi, gelisah.
o Keamanan
Gejalanyaadalah kulit gatal, ada atau berulangnya infeksi ditandai dengan pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), peteki, area ekomosis pada kulit, fraktur tulang, defesi fosfat kalsium pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.
o Seksualitas
Gejalanya adalah penurunan libido, amenore, infertilitas.

Diagnosa Keperawatan
Gagal Ginjal Kronik
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema.
2. Kelelahan berhubungan dengan anemia.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan oedema.
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan penurunan fungsi paru
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
6. Resti infeksi berhubungan dengan penurunan im

Gagal Ginjal Kronik
NO DX KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONALISASI
1.Kelebihan volume cairan berhubungan Kelelahan berhubungan dengan anemia.
















Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Perubahan pola nafas berhubungan dengan penurunan fungsi paru

















Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Resti infeksi berhubungan dengan penurunan imun


















Setelah diberikan asuhan keperawatan dharapkan anak menunjakkan haluaran urin yang normal dengan kriteria hasil :
1. berat badan stabil
2. tanda vital normal
3. tidak ada edema






















Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan anak tidak merasa lelah dengan kriteia hasil :
1. Bisa menjalankan aktivitas seperti biasa
2. memiliki kekuatan energi














Setelah diberika asuhan keperawatan diharapkan anak tidak mengalami gangguan integritas kulit dengan kriteria hasil :
1. kulit utuh
2. turgor kulit baik

















Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan anak dapat menunjukkan pola nafas yang normal dengan kriteria hasil :
1. Pola nafas efektif
2. bunyi nafas jelas












Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nutrisi pada anak tercukupi dengan kriteria hasil :
1. berat badan stabil
2. tidak ada malnutrisi
















Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan anak tidak beresiko terhadap infeksi dengan kriteria hasil :
1. tidak ada gejala infeksi















Mandiri
o Awasi denyut jantung, TD dan CVP.





o Catat pemasukan dan pengeluaran yang akurat.



o Timbang berat badan tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama.

o Kaji kulit, wajah. Evaluasi derajat edema.


o Auskultasi paru dan bunyi jantung.

Kolaborasi
o Berikan obat sesuai indikasi, contoh diuretik.




Mandiri
o Evaluasi laporan kelelahan, kesulitan menyelesaikan tugas.


o Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.

o Identifikasi faktor stress/ psikologis yang dapat memperberat.

o Rencanakan periode istirahat adekuat.


o Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari.

Kolaborasi
o Awasi kadar elektrolit termasuk kalsium, magnesium, dan kalium.
Mandiri
o Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor. Perhatikan kemerahan. Observasi terhadap purpura.

o Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.

o Inspeksi area tergantung edema.


o Pertahankan linen kering, bebas keriput.

o Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.

Kolaborasi
o Berikan matras busa atau flotasi




Mandiri
o Awasi frekuensi/upaya pernafasan, penurunan kecepatan infus bila ada dispnea.

o Tinggikan kepala tempat tidur, tingkatkan latihan nafas dalam dan batuk efektif.

o Perhatikan penurunan bunyi nafas contoh gemericik, mengi, ronki.
Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian tambahan oksigen sesuai indikasi.

o Berikan analgetik sesuai indikasi.

Mandiri
o Kaji/catat pemasukan diet.



o Berikan makan sedikit dan sering.


o Berikan pasien/orang terdekat daftar makanan yang diizinkan.

o Timbang berat badan tiap hari.



Kolaborasi
o Konsul dengan ahli gizi/ tim pendukung nutrisi.


o Berikan obat sesuai indikasi.


Mandiri
o Tingkatkan cuci tangan yang baik pada pasien dan staf.

o Hindari prosedur invasif, instrumen, dan manipulasi kateter tak menetap.



o Pertahankan sistem drainase urin tertutup.


o Dorong nafas dalam, batuk dan pengubahan posisi sering.



o Kaji integritas kulit.



o Awasi tanda vital







Kolaborasi
o Ambil spesimen untuk kultur dan sensitivitas dan berikan antibiotik tepat sesuai indikasi.

o Takikardi dan hipertensi terjadi karena kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine, pembatasan cairan berlebih, perubahan pada sistem renin angiotensin.

o Untuki menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.

o Untuk mengawasi status cairan terbaik.


o Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh, contoh tangan, kaki.

o Kelebihan cairan dapat meimbulkan edema paru dan GJK.

o Untuk mengubah fase oliguri menjadi nonoligiguri, menurunkan hiperkalemia dan meningkatkan volume urine adekuat.


o Menentukan derajat dari efek ketidakmampuan.


o Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi.

o Mungkin mempunyai efek akumulatif yang dapat diturunkan.

o Mencegah kelelahan berlebihan dan menyimpan energi untuk penyembuhan.

o Mengubah energi, memungkinkan berlanjutnya aktivitas yang dibutuhkan.

o Ketidakseimbangan dapat mengganggu fungsi neuromuskular.

o Menandakan area sirkulasi buruk/ kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus.

o Mendeteksi adanya dehidrasi yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan.

o Jaringan edema lebih cenderung rusak atau robek.

o Menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit.

o Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.

o Menurunkn tekanan lama pada jaringan, yang dapat membatasi perfusi seluler yang menyebabkan iskemia.


o Takipnea, dispnea, nafas pendek dan nafas dalam.



o Memudahkan ekspansi dada dan mobilitas sekret.


o Penurunan area ventilasi menunjukkan kelebihan cairan.

o Memaksimalkan oksigen untuk oenyerapan vaskuler.

o Menghilangkan nyeri.



o Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.

o Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik.

o Memberikan pasien tindakan kontrol dalam pembatasan diet.
o Pasien puasa/katabolik akan secara normal kehilangan 0,2-0,5 kg/hari.


o Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.

o Untuk menghilangkan mual/muntah.


o Menurunkan resiko kontaminasi silang.

o Membatasi introduksi bakteri kedalam tubuh. Deteksi dini/pengobatan terjadinya infeksi dapat mencegah sepsis.

o Menurunkan kolonisasi bakteri dan resiko ISK asenden.

o Mencegah atelektasis dan memobilisasi sekret untuk menurunkan resiko infeksi paru.

o Ekskoriasi akibat gesekan dapat menjadi infeksi sekunder.

o Demam dengan peningkatan nadi dan pernafasan adalah tanda peningkatan laju metabolik dari proses inflamasi meskipun sepsis dapat terjadi tanpa respon demam.


o Memastikan infeksi dan identifikasi organisme khusus, membantu pemilihan pengobatan infeksi paling efektif.








ASUHAN KEPERAWATAN
GAGAL GINJAL KRONIK PADA ANAK

KASUS
Hari kamis sekitar jam 09.30 WIB Ibu Afifah membawa anaknya (Erna 5 tahun) ke RS KARDINAH dengan mengeluh bahwa anaknya merasa kesakitan pada bagian ulu hati. Selain itu badannya panas, kulitnya sering gatal-gatal, sukar makan, lemas, cepat lelah, kencingnya sedikit, sesak nafas, suka mual, dan perutnya semakin hari makin kembung. Setelah dilakukan pemeriksaan otot tonusnya melemah, tekanan darah rendah, kulitnya berwarna coklat, terdapat edema, nafas pendek dan urin pekat.
(www.suaraberita.com)
I. PENGKAJIAN
a. DS :

o sakit pada bagian ulu hati
o demam
o kulit gatal-gatal
o lemas
o cepat lelah
o kencing sedikit
o sesak nafas
o mual
o perut kembung

b. DO :

o otot tonus lemah
o tekanan darah rendah
o kulit berwarna coklat
o edema
o nafas pendek
o urin pekat


Keluhan Utama :
Merasa kesakitan pada bagian ulu hati




II. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi
1 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
Setelah diberikan asuhan keperawatan dharapkan anak menunjakkan haluaran urin yang normal dengan kriteria hasil :
1. berat badan stabil
2. tanda vital normal
3. tidak ada edema
Mandiri
o Awasi denyut jantung, TD dan CVP.





o Catat pemasukan dan pengeluaran yang akurat.


o Timbang berat badan tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama.
o Kaji kulit, wajah. Evaluasi derajat edema.

o Auskultasi paru dan bunyi jantung.


Kolaborasi
o Berikan obat sesuai indikasi, contoh diuretik.

o Takikardi dan hipertensi terjadi karena kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine, pembatasan cairan berlebih, perubahan pada sistem renin angiotensin.
o Untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.
o Untuk mengawasi status cairan terbaik.



o Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh, contoh tangan, kaki.
o Kelebihan cairan dapat meimbulkan edema paru dan GJK
o Untuk mengubah fase oliguri menjadi nonoligiguri, menurunkan hiperkalemia dan meningkatkan volume urine adekuat.
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi
2 Kelelahan berhubungan dengan anemia.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan anak tidak merasa lelah dengan kriteia hasil:
1. Bisa menjalankan aktivitas seperti biasa
2. memiliki kekuatan energi
Mandiri
o Evaluasi laporan kelelahan, kesulitan menyelesaikan tugas.
o Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
o Identifikasi faktor stress/ psikologis yang dapat memperberat.
o Rencanakan periode istirahat adekuat.

o Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari.

Kolaborasi
o Awasi kadar elektrolit termasuk kalsium, magnesium, dan kalium.

o Menentukan derajat dari efek ketidakmampuan.
o Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi.
o Mungkin mempunyai efek akumulatif yang dapat diturunkan.
o Mencegah kelelahan berlebihan dan menyimpan energi untuk penyembuhan.
o Mengubah energi, memungkinkan berlanjutnya aktivitas yang dibutuhkan.
o Ketidakseimbangan dapat mengganggu fungsi neuromuskular.
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi
3 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema
Setelah diberika asuhan keperawatan diharapkan anak tidak mengalami gangguan integritas kulit dengan kriteria hasil :
1. kulit utuh
2. turgor kulit baik
Mandiri
o Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor. Perhatikan kemerahan. Observasi terhadap purpura.
o Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
o Inspeksi area tergantung edema.
o Pertahankan linen kering, bebas keriput.
o Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.
Kolaborasi
o Berikan matras busa atau flotasi
o Menandakan area sirkulasi buruk/ kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus.
o Mendeteksi adanya dehidrasi yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan.
o Jaringan edema lebih cenderung rusak atau robek.
o Menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit.
o Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.
o Menurunkan tekanan lama pada jaringan, yang dapat membatasi perfusi seluler yang menyebabkan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi
4 Perubahan pola nafas berhubungan dengan penurunan fungsi paru
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan anak dapat menunjukkan pola nafas yang normal dengan kriteria hasil :
1. Pola nafas efektif
2. bunyi nafas jelas
Mandiri
o Awasi frekuensi/upaya pernafasan, penurunan kecepatan infus bila ada dispnea.
o Tinggikan kepala tempat tidur, tingkatkan latihan nafas dalam dan batuk efektif.
o Perhatikan penurunan bunyi nafas contoh gemericik, mengi, ronki.
Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian tambahan oksigen sesuai indikasi.
o Berikan analgetik sesuai indikasi
o Takipnea, dispnea, nafas pendek dan nafas dalam.
o Memudahkan ekspansi dada dan mobilitas sekret.
o Penurunan area ventilasi menunjukkan kelebihan cairan
o Memaksimalkan oksigen untuk oenyerapan vaskuler.
o Menghilangkan nyeri.
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi
5 Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nutrisi pada anak tercukupi dengan kriteria hasil :
1. berat badan stabil
2. tidak ada malnutrisi
Mandiri
o Kaji/catat pemasukan diet.
o Berikan makan sedikit dan sering.
o Berikan pasien/orang terdekat daftar makanan yang diizinkan.
o Timbang berat badan tiap hari.
Kolaborasi
o Konsul dengan ahli gizi/ tim pendukung nutrisi.
o Berikan obat sesuai indikasi.

o Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.
o Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik.
o Memberikan pasien tindakan kontrol dalam pembatasan diet.

o Pasien puasa/katabolik akan secara normal kehilangan 0,2-0,5 kg/hari.
o Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.
o Untuk menghilangkan mual/muntah
III. EVALUASI
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan :
1. Anak menunjukan haluaran urin yang normal dengan kriteria hasil :
o Berat badan stabil
o Tanda vital normal
o Tidak ada edema
2. Anak tidak merasa lelah dengan kriteia hasil:
o Bisa menjalankan aktivitas seperti biasa
o Memiliki kekuatan energi
3. Anak tidak mengalami gangguan integritas kulit dengan kriteria hasil :
o Kulit utuh
o Turgor kulit baik
4. Anak dapat menunjukkan pola nafas yang normal dengan kriteria hasil :
o Pola nafas efektif
o Bunyi nafas jelas
5. Nutrisi pada anak tercukupi dengan kriteria hasil :
o Berat badan stabil
o Tidak ada malnutrisi

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50 mL/menit.
Gangguan ginjal dalam tahap ringan masih dapat diatasi dengan minum banyak air putih. Kurang minum air putih ternyata dapat mengganggu fungsi ginjal. Namun, kalau sudah gagal ginjal, hanya bisa diatasi dengan cuci darah ataua cangkok ginjal yang biayanya sangat mahal.
Organ ginjal meskipun ukurannya kecil bersifat sangat vital. Ginjal berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta mengatur konsentrasi dan komposisi cairan didalam tubuh. Ginjal juga berfungsi untuk membersihkan darah dan berbagai zat hasil metabolisme serta racun didalam tubuh. Sampah dari dalam tubuh tersebut akan diubah menjadi air seni (urin). Air seni diproduksi terus menerus diginjal, lalu dialirkan melalui saluran kemih dikandung kemih. Bila cukup banyak urin didalam kandung kemih, maka akan timbul rangsangan untuk buang air kecil. Jumlah urin yang dikeluarkan setiap hari sekitar 1-2 liter. Selain itu, ginjal juga berperan untuk mempertahankan volume dan tekanan darah, mengatur kalsium pada tulang, mengatur produksi sel darah merah, dan menghasilkan hormon seperti erytropoetin, renin, dan vitamin D.
Gagal ginjal dapat diterapi dengan jalan hemodialisis (cuci darah). Dialisis adalah proses pemisahan (penyaringan) sisa-sisa metabolisme melalui selaput semipermiabel dalam mesin dialiser. Darah yang sudah bersih kemudian dipompa kembali kedalam tubuh. Cuci darah bisa dilakukan dirumah sakit atau klinik yang memilki unit hemodialisis. Frekuensi cuci darah bergantung pada kondisi klien.